di Dunia Farmasi, sangat diawasi ketat tentang peredaran obat. tapi ada juga obat yang belum ketat diawasi. Dibawah ini adalah beberapa penyalahgunaan obat di lingkungan kita. Semoga bermanfaat buat kalian .. ^_^
OBAT DEMAM PARACETAMOL YANG DISALAHGUNAKAN
Obat demam atau
panas yang tergolong populer adalah paracetamol atau acetaminophen.
Obat ini tergolong antipyretic (penurun panas), dan analgesic (penghilang rasa
sakit). Untuk dewasa biasanya 500 mg per tablet, 3x sehari jika perlu. Jangan
sampai meminumnya lebih dari satu tablet sekali minum, dan tentunya sebaiknya
sesuai dengan anjuran dosisnya (jika 3x sehari artinya diminum setiap 6-8 jam).
Paracetamol ini muncul dalam berbagai kemasan obat dengan merek yang berbeda-beda
(silakan diteliti di label kemasan obat) baik pada obat penurun panas, maupun
sebagian obat batuk, atau flu. Jika anda sudah mengkonsumsi paracetamol,
pastikan anda tidak mengkonsumsi obat batuk atau flu yang juga mengandung
paracetamol.
Selain paracetamol, terdapat juga golongan senyawa obat
lain yang juga bisa berfungsi menurunkan panas yakni dari golongan anti-radang
non-steroid (NSAIDs, Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs). Contoh
obat-obatan golongan ini adalah dari jenis salicylates ( seperti :
acetyl salicylic acid atau aspirin, sodium salicylate, choline salicylate,
dll), ibuprofen, ketoprofen, naproxen. Obat jenis ini juga berfungsi
menghilangkan rasa sakit (terutama akibat peradangan).
Tak ada obat yang
dikatakan tepat untuk menyembuhkan pilek dan flu.
Obat-obatan yang ada lebih bersifat mengurangi gejala-gejala tak nyaman
sebagaimana disebutkan di atas. Khusus untuk flu saat ini ada obat yang
memang bersifat menyerang virus penyebab flu seperti Tamiflu, Relenza; akan
tetapi digunakan hanya bila dirasa perlu dan harus atas resep dokter. Pilek
atau flu yang relatif biasa akan hilang sendiri (melemah) dalam beberapa hari
terutama jika diiringi dengan istirahat yang banyak, banyak minum air, dan
bantuan suplemen dan vitamin.
Paracetamol pada saat ini sering disalahgunakan oleh kalangan
remaja menjadi obat yang memberikan rasa tenang (sepeerti narkotik). Karena
penjualan obat yang sekarang sangat bebas serta apotik dimana – mana dan tanpa
pengawasan yang ketat, bermacam obat pereda demam seperti paracetamol ini juga
sering disalahgunakan oleh kalangan remaja maupun dewasa.
OBAT NYERI OTOT DISALAHGUNAKAN UNTUK
TELER (SOMADRIL)
Obat somadril yang fungsinya untuk mengatasi penyakit nyeri
otot, nyeri sendi, serta rematik, dan telah lama beredar di sejumlah warung
obat, diduga sering disalahgunakan untuk kepentingan teler atau mabuk para
pembelinya. Seperti di Kecamatan Kledung, terdapat seorang oknum yang telah dua
tahun lebih menjalankan praktik penjualan obat itu untuk kepentingan bukan pengobatan.
Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor Temanggung, Yami Blumut, di
kantornya, hari ini mengatakan, kendati selama ini kepolisian telah menunjukkan
tindakan tegas dalam menindak pelaku kejahatan narkona, namun pihaknya belum
puas. Sebab, penjualan dan pengedar somadril dan obat sejenisnya m asih bebas dan ternyata disalahgunakan untuk
gebleg atau teler
"Bahkan ada oknum penjual, yang telah menjalankan
operasinya selama dua tahun ini, dan dampaknya, di Kecamatan Kledung telah
merugikan kesehatan dan mentalitas anak-anak, bahkan anak-anak SD, SMP dan
lainnya," tuturnya.
Menurutnya, apabila hal itu dibiarkan berlangsung secara
terus menerus, tanpa ada tindakan berarti dari Badan Narkoba Kabupaten (BNK)
dan Polisi, maka dapat dipastikan anak-anak dan remaja Kecamatan Kledung akan
hancur. Pihanya juga mendesak BNK dan polisi segera menindak penjual dan
pengedar narkoba, serta obat-obatan yang disalahgunakan itu.
(MISOPROSTOL ) CYTOTEC OBAT MAAG YANG
DISALAHGUNAKAN
SEBAGAI PENGGUGUR
KANDUNGAN
Misoprostol
yang efektif digunakan mencegah penyakit maag dan radang lambung, belakangan
ini semakin banyak disalahgunakan untuk menggugurkan kandungan. Para pelaku
aborsi kini semakin ‘ngotot’ memburu cytotec, sala h satu obat yang mengandung misoprostol.
Cytotec
sebetulnya untuk mengobati maag dan dilarang keras digunakan untuk perempuan
hamil dan ibu menyusui, demikian menurut sumber BKKBN. Dari hasil temuan di
lapangan, ternyata diketahui bahwa penggunaan misoprostol saat ini semakin
popular di kalangan anak muda, meskipun beberapa kali petugas BPOM (Balai
Pengawasan Obat dan Makanan) dan Dinas Kesehatan merazia serta melakukan
penyuluhan mengenai bahaya penyalahgunaan obat ini.
Para
pelaku aborsi konon memperoleh obat ini secara diam-diam, rahasia, baik di
apotek, klinik, maupun sales penjual obat. Meski mereka sudah tahu bahwa
membeli obat tersebut harus memakai resep dokter, ternyata banyak di antara
mereka yang memperoleh obat ini dengan mudah, asal berani menebusnya dengan
harga tarif tinggi.
Para
penjual obat illegal menjual obat ini kepada pelaku dengan harga pertabletnya
50 ribu sampai 80 ribu. Mayoni Mahardika, apoteker, menyatakan penyalahgunaan
obat ini terjadi karena ad a orang-orang
yang tidak bertanggung jawab, mereka hanya mengejar omzet saja.
Tak
urung Mayoni mengimbau agar apotek tidak melayani penjualan obat ini tanpa
resep dokter, karena sangat berbahaya. Pelaku aborsi bisa mengalami pendarahan
terus menerus. Kalau pendarahan terjadi tanpa bisa dicegah, bisa saja pelaku
aborsi meregang nyawa, meninggal dunia.
PT
Parit Padang, distributor cytotec, memasok obat tersebut ke rumah sakit dan
apotek sesuai dengan surat pesanan. “Kami mengirimkannya berdasarkan surat
permintaan yang diteken apoteker atau asistennya,” kata Anang Efendi, sales
manager PT Parit Padang Surabaya.
Setiap
apotek dan rumah sakit mempunyai plafon (batas maksimal) pembelian dalam satu
bulan, Jika melebihi batas tersebut tidak dilayani. “Misalnya apotek A biasanya
membeli dari kami dalam satu bulan untuk cytotec hanya satu boks, tiba-tiba
saja naik drastis menjadi tiga boks, tentu saja barang tidak bisa dikeluarkan
secara mudah. Harus kami tanyai dulu, karena obat ini sering disalahgunakan,”
kata Anang Efendi. (yz)
Penyalahgunaan
obat-obatan batuk dan pilek (dextromethorpan/
DXM)
Meskipun
telah menjadi berita akhir-akhir ini, merubah obat batuk menjadi obat-obatan yang
berefek ‘high/mabuk’ bukanlah hal baru bagi remaja. Mereka telah
menyalahgunakan obat-obatan di kotak obat yang cepat, murah, dan lebih penting
lagi, legal selama bertahun-tahun. Namun setelah diketahui berpotensi sangat
berbahaya maka orang tua, pendidik dan departemen gawat darurat telah mulai
waspada akan dampak penyalahgunaan obat-obatan ini.
Kenapa obat-obatan batuk dan
selesma disalahgunakan oleh remaja-remaja?
Sebelum FDA (Food and Drug Administration) mengganti narcotic
codeine dengan dextromethorpan sebagai obat penekan batuk yang dijual bebas
sekitar tahun 1970-an, remaja dengan mudah mendapatkannya untuk disalahgunakan.
Bertahun-tahun, remaja membuat penemuan bahwa mereka dapat merasa ‘high/mabuk’
dengan mengkonsumsi obat-obatan bebas yang mengandung dextromethorpan (juga
disebut DXM). Ditemukan pada tablet, kapsul, gel dan lozenges, seperti juga
sirup, dextromethorpan ini terkandung di obat-obatan yang diberi label DM,
batuk, penekan batuk atau Tuss (mengandung ‘tuss’ pada nama obatnya).
Obat-obatan yang mengandung dextromethorpan sangat mudah
ditemukan, dapat dibeli sesuai kantong remaja, dan legal. Mendapatkannya sangat
mudah, yaitu dengan membeli di toko obat atau mencarinya di kotak kotak obat
dirumahnya. Dan karena ditemukan pada obat-obatan bebas, maka remaja
mengasumsikan bahwa DXM tidaklah berbahaya.
Dulu dan sekarang
Meskipun pada media sekarang, menurut US Department of Health
and Human Services Substance Abuse and Mental Health Services Administration
(SAMHSA) yang memonitor hubungan antara obat-obatan dengan kunjungan pada Gawat
Darurat dan kematian secara luas, tidak ada perubahan secara signifikan pada
kunjungan di Gawat Darurat RS akibat penyalahgunaan DXM sejak 1994.
Perbedaan antara penyalahgunaan obat-obatan batuk dan selesma
dari tahun-tahun dulu dengan sekarang adalah yaitu remaja sekarang menggunakan
internet tidak hanya untuk membeli DXM dalam bentuk bubuk murni, tapi juga
belajar untuk disalahgunakan lebih lanjut. Karena mengkonsumsi dalam volume
besar dari sirup batuk dapat menyebabkan muntah, maka obat-obatan tersebut
diekstrak dari obat batuk dan dijual kembali di Internet dalam bentuk tablet
yang kemudian ditelan atau bubuk yang dihirup. Bahkan di versi online terdapat
kalkulator yang dapat menghitung seberapa besar dikonsumsi sesuai dengan berat
dan tinggi badannya.
Apa yang terjadi jika remaja
mengkonsumsi DXM ?
Meskipun DXM dapat dikonsumsi secara aman pada dosis 15
hingga 30 miligram untuk menekan batuk, namun pengguna biasanya mengkonsumsi
lebih dari 360 mg bahkan lebih. Mengkonsumsi dalam jumlah banyak produk yang
mengandung DXM dapat menyebabkan halusinasi, hilang kendali dari kendaraan, dan
sensasi ‘out of body’.
Efek samping lainnya yang mungkin terjadi dari penyalahgunaan
DXM yaitu : bingung, sulit mengambil keputusan, penglihatan yang buram, pusing,
paranoia, keringat berlebihan, bicara mencerca, muak, muntah-muntah, sakit
perut, detak jantung yang tidak normal, tekanan darah tinggi, pusing, lesu,
mati rasa pada jari kaki dan tangan, pucat, kulit yang kering dan gatal, hilang
kesadaran, demam, kerusakan pada otak dan bahkan kematian.
Ketika mengkonsumsi dalam jumlah banyak, DXM juga dapat
menyebabkan hyperthermia, atau demam tinggi.
Nama Obat : dextromethorpan/
DXM
Khasiat : Obat batuk
Obat Insomnia
yang Disalahgunakan (flunitrazepam)
Obat flunitrazepam digunakan untuk pengobatan seperti
gangguan kecemasan dan insomnia. Tapi efek kuat dari obat ini yang membua t orang tertidur panjang hingga 2-8 jam kadang
digunakan untuk kejahatan agar si korban tertidur.
Di banyak negara, obat flunitrazepam umumnya dikenal dengan
sebutan date rape drug karena bisa melumpuhkan perempuan selama penyerangan
seksual seperti pemerkosaan.
Apa yang terjadi ketika seseorang diberikan obat
flunitrazepam?
Flunitrazepam memiliki efek fisiologis yang mirip dengan
valium (diazepam), tapi 10 kali lipat lebih kuat. Ketika seseorang mengalami
intoksifikasi umumnya dikaitkan dengan gangguan penilaian dan keterampilan
motorik.
Obat ini tidak memiliki rasa dan bau serta larut dalam air
yang membuatnya sulit dideteksi sehingga banyak orang tidak menyadarinya ketika
ia dicampurkan ke dalam makanan atau minuman.
Sekitar 10 menit setelah obat tersebut dikonsumsi, seseorang
mungkin akan merasa pusing dan bingung, merasa udara di sekitarnya terlalu
panas atau terlalu dingin serta mual, seperti dikutip dari About.com,
Jumat (10/2/2012).
Secara perlahan ia juga akan mengalami kesulitan berbicara
dan bergerak hingga akhirnya pingsan. Puncak dari efek ini terjadi dalam waktu
2 jam dan bisa bertahan hingga 8 jam. Umumnya orang yang konsumsi obat ini
tidak bisa mengingat apa yang terjadi selama ia berada dalam pengaruh obat.
Jika obat ini dikombinasikan dengan alkohol, maka efeknya
terhadap memori dan kemampuan menilai sesuatu akan lebih besar. Dilaporkan kombinasi
ini bisa menyebabkan seseorang tidak sadar selama 8-12 jam setelah dikonsumsi.
Efek samping dari penggunaan obat ini termasuk penurunan
tekanan darah, gangguan memori, mengantuk, gangguan penglihatan, pusing, merasa
bingung, gangguan pencernaan dan gangguan pada retensi urine.
Jika seseorang pingsan dalam jangka waktu lama dan khawatir
ada yang memasukkan obat ini ke dalam minuman, maka tes urine bisa dilakukan.
Tapi dilakukan dalam waktu 72 jam sejak kejadian tersebut.
Untuk melindungi diri agar tidak menjadi korban kekerasan
atau pelecehan seksual akibat obat ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan
yaitu:
- Berhati-hati jika menerima
minuman dari orang yang tidak dikenal atau tidak bisa dipercaya
- Jika menerima minuman, pastikan
wadahnya belum dibuka dan Anda membukanya sendiri
- Jangan meninggalkan minuman
sembarangan tanpa pengawasan.
Codein yang disalahgunakan sebagai morfin
kodein adalah salah
satu turunan morfin, bisa juga diubah menjadi narkotik yang lebih kuat seperti
heroin. Gambar di bawah
ini mungkin bisa menjelaskan betapa miripnya kodein dengan narkotik-narkotik
lain yang sering disalahgunakan.
Kodein sebenarnya
adalah obat yang sering diresepkan dokter, bisa digunakan sebagai analgetika
(penghilang rasa sakit), anti diare dan antitusive (penekan batuk). Namun pada
kasus diatas, kami tidak memberikan obat tersebut kepada pasien, walaupun dia
sudah membawa resep. Kenapa? ya inilah pentingnya pengetahuan farmasi bagi
seorang apoteker. Dari segi resep, disana jelas kurang lengkap seperti tidak
adanya alamat dan nomor telepon dokter, tanda tangan/paraf dsb, itu dari segi
kelengkapan administrasi resep. Kemudian dari segi pertimbangan farmasetik dan
klinis pun, signa yang tertulis juga mencurigakan. Disana tertulis 1
dd I, atau berarti digunakan sekali sehari sebanyak satu tablet. Padahal
penggunaan kodein sebagai antitusiv bukanlah 1 dd I, biasanya 3-4 kali bahkan
lebih.
Apoteker/pharmacist
harus berhati-hati, karena kodein dapat juga disalahgunakan, jika diminum
langsung ternyata ada sekian persen yang diubah menjadi morfin di saluran
pencernaan. Lebih parah lagi bila ternyata pembeli memang sengaja membeli
kodein untuk di ubah menjadi morfin atau heroin. Cukup dengan sekali reaksi,
yaitu O-demetilasi maka kodein akan berubah menjadi morfin, tidak perlu saya
jelaskan reaksinya. Yang jelas dari segi harga anda akan mendapat puluhan
bahkan ratusan kali lipat, tentu saja untuk disalahgunakan dan tentu saja
konsekuensinya anda berhadapan dengan polisi dan pengadilan dimana undang-undang
yang ada sudah sampai pada hukuman mati.
ya, sedikit pengetahuan
saja agar kita berhati-hati, baik sebagai Pharmacist yang diberi legalitas
memegang narkotik maupun sebagai konsumen dan pengedar, karena tentu saja
pharmacist tidak bisa ditipu dengan resep palsu, bisa-bisa anda dilaporkan
kepada polisi.
Obat pereda atau penghilang rasa nyeri sering
menjadi sahabat orang dewasa untuk menghilangkan rasa sakit di tubuh. Sayangnya
seringkali orang menjadi ketergantungan terhadap obat penghilang rasa nyeri dan
mengalami overdosis hingga menyebabkan kematian.
Menurut sebuah laporan baru yang dikeluarkan
oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), resep obat
penghilang rasa sakit (painkiller) yang tidak tepat telah mnyebabkan kematian
15.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun
"Sedangkan obat penghilang rasa sakit
berbasis opioid yang diresepkan oleh dokter telah menyebabkan kematian sebanyak
40 orang per hari. "Hal tersebut sudah dapat dikategorikan sebagai
epidemi," kata Direktur CDC Dr. Thomas Frieden seperti dilansir dari CNNHealth,
Rabu (2/11/2011).
Kematian akibat overdosis obat penghilang rasa
sakit sekarang melebihi jumlah kematian overdosis gabungan heroin dan kokain.
"Kematian oleh karena penyalahgunaan resep obat penghilang rasa sakit
telah menyebabkan kematian 3 kali lipat lebih banyak sejak tahun 1999,"
kata Gil Kerlikowske, direktur National Drug Control Policy.
Menurut data yang telah dipublikasikan pada 1
November 2011 resep obat penghilang rasa sakit yang sering disalahgunakan
adalah oxycodone (Oxycotin), metadon atau xanax (Vicodin).
Tetapi ada banyak merek obat lain yang juga
disalahgunakan, antara lain:
1.
Formulasi Oxycodone: termasuk merek Oxyfast,
Percolone, dan Roxicodone
2.
Oxycodone dikombinasikan dengan obat lain:
termasuk merek Endocet, Percocet, Percodan, dan Xolox
3.
Hydrocodone: termasuk merek Lortab, Tussionex,
dan Vanacet
Penyalahgunaan obat tersebut lebih sering
terjadi pada pria dibandingkan pada wanita, kulit putih lebih banyak dari pada
ras-ras lain, lebih banyak di pedesaan daripada di lingkungan perkotaan, dan
lebih banyak pada orang setengah baya dibandingkan pada remaja dan lansia.
CDC menyarankan bahwa, dokter juga harus
memonitor pasien mereka agar tidak melakukan penyalahgunaan obat-obat tersebut.
Sehingga dapat mencegah banyak orang agar tidak mengalami kecanduan obat
tersebut.
Dokter juga dianjurkan untuk meresepkan obat
penghilang rasa sakit berbasis opioid hanya jika perlu. Kerlikowske mengatakan
bahwa, pemerintah Amerika telah menetapkan tujuan mengurangi penyalahgunaan
resep obat-obat tersebut sebesar 15 persen pada tahun 2015.
OBAT
ANTI CEMAS YANG DISALAHGUNAKAN
Sisa-sisa
kecemasan bisa diobati dengan obat anti-cemas yang sesuai, terapi perilaku atau
psikoterapi.
OBAT
ANTI-CEMAS
Obat
anti-cemas disebut juga ansiolitik atau obat penenang,
diberikan untuk mengatasi gejala-gejala kecemasan.
Obat
anti-cemas memiliki efek mengendurkan otot-otot, mengurangi ketegangan,
membantu tidur dan mengurangi kecemasan.
Yang
paling sering digunakan adalah benzodiazepin.
Obat
ini mempercepat relaksasi mental dan fisik dengan cara mengurangi aktivitas
saraf di dalam otak.
Tetapi
benzodiazepin
bisa menyebabkan ketergantungan fisik dan pemakaian pada alkoholik harus sangat
hati-hati.
Contohnya
adalah:
- Diazepam
- Triazolam.
Sebelum
ditemukannya benzodiazepin,
barbiturat
merupakan obat pilihan untuk mengatasi kecemasan.
Tetapi
obat ini berpotensi untuk disalahgunakan, sering terjadi gejala putus obat dan
overdosis sering menyebabkan kematian; sehingga jarang digunakan lagi.
Buspiron tidak memiliki hubungan kimia maupun farmako dengan benzodiazepin
ataupun obat anti-cemas lainnya.
Cara
kerjanya tidak diketahui, tetapi tidak menyebabkan sedasi dan tidak bereaksi dengan
alkohol.
Efeknya
baru timbul setelah 2 minggu atau lebih, sehingga hanya digunakan untuk
mengobati penyakit kecemasan menyeluruh.
Obat-obat
anti-depresi
kadang juga diberikan untuk penyakit kecemasan.
Obat anti-depresi yang sering digunakan adalah:
Obat anti-depresi yang sering digunakan adalah:
- Selective
serotonin reuptake inhibitors (fluoksetin, fluvoksamin, paroksetin,
sertralin)
- Monoamine
oxidase inhibitors (fenelzin, tranilsipromin)
-Anti-depresi trisiklik
(amitriptilin,
amoksapin, klomipramin,
imipramin,
nortriptilin,
rotriptilin)
DAFTAR PUSTAKA
google
http://medicastore.com/penyakit/249/Penyakit_Kecemasan_Menyeluruh.html
http://www.resep.web.id/kesehatan/kini-aborsi-kian-mudah-dilakukan.htm
dan lain - lain
maaf kalau yang belum ditulis.. soalnya aku lupa ga tulis situsnya :p
http://medicastore.com/penyakit/249/Penyakit_Kecemasan_Menyeluruh.html
http://www.resep.web.id/kesehatan/kini-aborsi-kian-mudah-dilakukan.htm
dan lain - lain
maaf kalau yang belum ditulis.. soalnya aku lupa ga tulis situsnya :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar